Sebagai pembuka awal tahun 2016, saya memutuskan untuk melepas rindu ke masa lalu, yaitu melakukan perjalanan ke Yogyakarta. Masa kecil saya pernah dihabiskan di kota ini selama kurang lebih 4 tahun. Menyusuri Malioboro hampir menjadi kebiasaan saya beserta keluarga. Jika diingat-ingat, terakhir kali saya ke Kota Pelajar ini ketika studi tour kala SMU.
Cerita sedikit mengenai awal mula mengapa quote di atas menjadi pedoman saya di tahun baru. Tahun lalu saya benar-benar tidak punya waktu untuk traveling. Kalaupun traveling paling hanya untuk urusan pekerjaan. Ternyata beda rasanya traveling dengan embel-embel dibubuhi kata "kerja."
Keberangkatan saya dimulai di tanggal 11 Januari 2016 pagi, menggunakan kereta. Sudah lama sekali rasanya saya tidak menggunakan transportasi yang 1 ini. Jarak tempuh selama 8 jam tidak terasa ketika kita memiliki teman seperjalanan yang asik. Sebut saja merekaMawar, Melati dan Marwan *ralat Ka Ita, Bibi Rani dan Irfan. Menghabiskan waktu berbicara, membuat kerusuhan di kereta (gangguin pramusaji) sungguh membuat begitu berkesan *senyum usil
Hari Pertama:
Kami tiba pukul 3 sore di stasiun. Setelah itu, apalagi yang dilakukan kalau bukan mencari makanan di restoran terdekat. Ketika di kereta kami tidak bisa menemukan makanan lain selain nasi goreng dan nasi rames. Lucunya ketika kami mau memesan mie instan, sang pramusaji mengatakan mie instan itu hanya boleh dijual ketika stok makanan nasi goreng dan nasi rames sudah habis. Alhasil kami menahan lapar karena stok nasi-nasian itu masih banyak sampai kami menginjakan kaki di Yogya. Setelah tiba di hotel, kami bersiap-siap dan memutuskan untuk membeli oleh-oleh dulu, supaya besok atau lusa kami tidak dipusingkan dengan hal tersebut. Kami memilih The House of Raminten sebagai tempat persinggahan kami.
Keberangkatan saya dimulai di tanggal 11 Januari 2016 pagi, menggunakan kereta. Sudah lama sekali rasanya saya tidak menggunakan transportasi yang 1 ini. Jarak tempuh selama 8 jam tidak terasa ketika kita memiliki teman seperjalanan yang asik. Sebut saja mereka
Hari Pertama:
Kami tiba pukul 3 sore di stasiun. Setelah itu, apalagi yang dilakukan kalau bukan mencari makanan di restoran terdekat. Ketika di kereta kami tidak bisa menemukan makanan lain selain nasi goreng dan nasi rames. Lucunya ketika kami mau memesan mie instan, sang pramusaji mengatakan mie instan itu hanya boleh dijual ketika stok makanan nasi goreng dan nasi rames sudah habis. Alhasil kami menahan lapar karena stok nasi-nasian itu masih banyak sampai kami menginjakan kaki di Yogya. Setelah tiba di hotel, kami bersiap-siap dan memutuskan untuk membeli oleh-oleh dulu, supaya besok atau lusa kami tidak dipusingkan dengan hal tersebut. Kami memilih The House of Raminten sebagai tempat persinggahan kami.
No comments:
Post a Comment